A.
Materi
Komposisi
Pertanyaan
1. Berdasarkan
konsep dasar komposisi yaitu penggabungan bentuk dasar yang satu dengan bentuk
dasar lain dan akan menimbulkan makna baru, apakah juga berlaku pada bentuk berikut?
selesai sudah gerak
gerik
onde onde kocar
kacir
2. Bagaimana
hubungan antara komposisi dengan reduplikasi? Jelaskan dan beri contoh!
Jawaban
1. Tidak
berlaku, sebab sesuai dengan konsep dasar komposisi yaitu penggabungan bentuk
dasar yang satu dengan bentuk dasar lain dan akan menimbulkan makna baru maka
pada betuk selesai sudah penggabungan
kedua kata dasar tersebut tidak menimbulkan makna baru, akan tetapi membentuk
keterangan. Pada bentuk gerak gerik,
kocar kacir memang sekilas terlihat menggunakan bentuk dasar dan morfem
unik yang menjadi cirri-ciri dari komposisi, namun dalam bentuk tersebut tidak
merubah makna. Dapat dikatakan kata tersebut adalah proses reduplikasi.
Selanjutnya pada kata onde onde bukan
merupakan komposisi ataupun reduplikasi, namun kata ulang semu. Bentuk yang
diduga kata ulang, namun bukan kata ulang.
2.
Hubungan komposisi
dengan reduplikasi dapat ditemukan dalam pengulangan komposisi endosentris dan
eksosentris. Pengulangan endosentris komposisi yang diulang hanya sebagian
saja. Misalnya kamar-kamar mandi,
sapu-sapu tangan, dan lain-lain. Pengulangan eksosentris, komposisi yang
diulang seluruhnya. Misalnya jual
beli-jual beli, kaki tangan-kaki tangan.
B.
Materi
Alomorfemik/ Morfofonemik
Pertanyaan
1. Fonem
/N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /ñ/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berawal dengan fonem /s, s̃, c, j/ apakah konsep tersebut berlaku pada kata serapan
bahasa asing? Mengapa?
2. Mengapa
dalam peluluhan fonem /N/ pada meN- jika bertemu fonem /k,p,t,s/ tidak
konsisten, misalkan pada bentuk meN- bertemu sikat menjadi menyikat
sedangkan meN- bertemu kupas menjadi mengupas?
Jawaban
1. Konsep
tersebut tidak berlaku pada kata serapan dari bahasa asing, sebab kata serapan
tersebut sangat mempertahankan struktur katanya. Sehingga tidak memungkinkan
untuk terjadi peluluhan atau perubahan fonem.
2. Peluluhan
fonem /N/ pada meN- ketika bertemu /k,p,t,s/ memang tidak konsisten dan
bervariasi. Dapat ditarik kesimpulan jika meN- bertemu /s/ maka diluluhkan
menjadi /ny/, jika bertemu /k/ maka diluluhkan menjadi /ng/, jika bertemu /t/ maka
diluluhkan menjadi /n/, sedangkan jika bertemu /p/ maka diluluhkan menjadi /m/.
C.
Materi
Kelas Kata
Pertanyaan
1. Jelaskan
proses pembentukan kata verba dan adjektiva menjadi bentuk nomina, serta pada
saat bagaimana nomina dapat menjadi adverbia?
2. Berikan
contoh adverbia untuk menjelaskan fungsi sintaksis, baik yang menduduki fungsi
predikat, nomina, preposisi, pronominal, dan numeralia!
Jawaban
1. Kata
verba dan adjektiva dapat menjadi bentuk nomina ketika mendapat afiksasi.
Misalnya kata datang mendapat afiks
ke-an menjadi kedatangan, dan kata sehat mendapat afiks ke-an menjadi kesehatan. Kedua kata yang berimbuhan
tersebut merupakan kelas kata nomina. Selanjutnya nomina dapat juga menjadi
adverbia dalam hubungan sintaksis, contohnya pada kalimat berikut.
Ibu
mencuci baju menggunakan air PDAM.
Dalam kalimat diatas
terlihat bahwa nomina air PDAM dapat menduduki adverbia dalam suatu kalimat.
2. Contoh
adverbia yang menduduki fungsi predikat.
Pak Lurah juga datang ke tempat pertemuan itu
(juga merupakan adverbia untuk nomina lurah).
Contoh adverbia yang
menduduki fungsi nomina, preposisi, pronominal, dan numeralia.
“Kamu suka bernyanyi?”
“Ya, hanya untuk kesenangan sendiri”. (hanya
merupakan adverbia untuk preposisi untuk)
Kami semua lulus dalam ujian Nasional tahun
ini. (semua merupakan adverbia untuk pronomina kami).
Kami makan hampir dua piring (hampir dua piring
merupakan adverbia untuk numeralia dua piring)
D.
Materi
Perubahan Bentuk Kata dan Pembakuan Istilah dalam Bahasa Indonesia
Pertanyaan
1. Saat
ini di Indonesia sudah terdapat tiga acuan untuk menentukan penggunaan kata
baku dan tidak baku dalam skala tulis, tapi mengapa di Indonesia belum di
berlakukan acuan menentukan pengucapan baku dan tidak baku dalam skala lisan
yang bertujuan menyeragamkan pengucapan bahasa Indonesia?
2. Mengapa
bentuk berulang kali dikategorikan
sebagai kontaminasi bahasa Indonesia, padahal bentuk tersebut dapat juga
dikategorikan ke dalam komposisi?
Jawaban
1. Saat
ini di Indonesia memang sudah terdapat acuan untuk menentukan penggunaan kata
baku dan tidak baku dalam skala tulis, antara lain adalah Ejaan Yang
Disempurnakan, Tata Baku Bahasa Indonesia, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Namun, memang belum terdapat Tata Baku Pengucapan Bahasa Indonesia. Itu memang
penting khususnya bagi pembawa acara, penyiar, dan reporter. Tetapi karena
keberagaman pengucapan di Indonesia yang khususnya dipengaruhi oleh faktor
kebudayaan tiap daerah, jadi tidak mungkin untuk menyetarakan semua pengucapan
di setiap daerah. Maka dari itu, tidak terdapat Tata Baku Pengucapan Bahasa
Indonesia.
2. Salah
jika bentuk berulang kali dikategorikan
kedalam komposisi, meskipun terdiri dari dua bentuk dasar tapi penggabungan
kedua bentuk dasar tersebut tidak mengubah makna. Penambahan kata kali tidak berarti apa-apa, dan semakin
membuat ketidakefektifan suatu kata. Kenapa dikategorikan kontaminasi sebab
bentuk dasar berulang jika
mendapatkan reduplikasi menjadi berulang-ulang
sedangkan bentuk dasar kali mendapatkan
reduplikasi menjadi berkali-kali.
Disini terdapat persilangan bentuk dasar sehingga terjadi kontaminasi.
0 komentar:
Posting Komentar