Jumat, 14 Juni 2013

Pertanyaan Tentang Morfologi

A.     Materi Komposisi 
Pertanyaan

1.      Berdasarkan konsep dasar komposisi yaitu penggabungan bentuk dasar yang satu dengan bentuk dasar lain dan akan menimbulkan makna baru, apakah juga berlaku pada bentuk berikut?
selesai sudah               gerak gerik
onde onde                    kocar kacir
2.      Bagaimana hubungan antara komposisi dengan reduplikasi? Jelaskan dan beri contoh!

Jawaban
1.      Tidak berlaku, sebab sesuai dengan konsep dasar komposisi yaitu penggabungan bentuk dasar yang satu dengan bentuk dasar lain dan akan menimbulkan makna baru maka pada betuk selesai sudah penggabungan kedua kata dasar tersebut tidak menimbulkan makna baru, akan tetapi membentuk keterangan. Pada bentuk gerak gerik, kocar kacir memang sekilas terlihat menggunakan bentuk dasar dan morfem unik yang menjadi cirri-ciri dari komposisi, namun dalam bentuk tersebut tidak merubah makna. Dapat dikatakan kata tersebut adalah proses reduplikasi. Selanjutnya pada kata onde onde bukan merupakan komposisi ataupun reduplikasi, namun kata ulang semu. Bentuk yang diduga kata ulang, namun bukan kata ulang.

2.      Hubungan komposisi dengan reduplikasi dapat ditemukan dalam pengulangan komposisi endosentris dan eksosentris. Pengulangan endosentris komposisi yang diulang hanya sebagian saja. Misalnya kamar-kamar mandi, sapu-sapu tangan, dan lain-lain. Pengulangan eksosentris, komposisi yang diulang seluruhnya. Misalnya jual beli-jual beli, kaki tangan-kaki tangan.

B.     Materi Alomorfemik/ Morfofonemik
      Pertanyaan
1.      Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /ñ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /s, s̃, c, j/ apakah  konsep tersebut berlaku pada kata serapan bahasa asing? Mengapa?

2.      Mengapa dalam peluluhan fonem /N/ pada meN- jika bertemu fonem /k,p,t,s/ tidak konsisten, misalkan pada bentuk meN- bertemu sikat menjadi menyikat sedangkan meN- bertemu kupas menjadi mengupas?

Jawaban

1.      Konsep tersebut tidak berlaku pada kata serapan dari bahasa asing, sebab kata serapan tersebut sangat mempertahankan struktur katanya. Sehingga tidak memungkinkan untuk terjadi peluluhan atau perubahan fonem.

2.      Peluluhan fonem /N/ pada meN- ketika bertemu /k,p,t,s/ memang tidak konsisten dan bervariasi. Dapat ditarik kesimpulan jika meN- bertemu /s/ maka diluluhkan menjadi /ny/, jika bertemu /k/ maka diluluhkan menjadi /ng/, jika bertemu /t/ maka diluluhkan menjadi /n/, sedangkan jika bertemu /p/ maka diluluhkan menjadi /m/.

C.     Materi Kelas Kata
            Pertanyaan
1.      Jelaskan proses pembentukan kata verba dan adjektiva menjadi bentuk nomina, serta pada saat bagaimana nomina dapat menjadi adverbia?

2.      Berikan contoh adverbia untuk menjelaskan fungsi sintaksis, baik yang menduduki fungsi predikat, nomina, preposisi, pronominal, dan numeralia!

Jawaban

1.      Kata verba dan adjektiva dapat menjadi bentuk nomina ketika mendapat afiksasi. Misalnya kata datang mendapat afiks ke-an menjadi kedatangan, dan kata sehat mendapat afiks ke-an menjadi kesehatan. Kedua kata yang berimbuhan tersebut merupakan kelas kata nomina. Selanjutnya nomina dapat juga menjadi adverbia dalam hubungan sintaksis, contohnya pada kalimat berikut.
Ibu mencuci baju menggunakan air PDAM.
Dalam kalimat diatas terlihat bahwa nomina air PDAM dapat menduduki adverbia dalam suatu kalimat.

2.      Contoh adverbia yang menduduki fungsi predikat.
Pak Lurah juga datang ke tempat pertemuan itu (juga merupakan adverbia untuk nomina lurah).
Contoh adverbia yang menduduki fungsi nomina, preposisi, pronominal, dan numeralia.
“Kamu suka bernyanyi?”
“Ya, hanya untuk kesenangan sendiri”. (hanya merupakan adverbia untuk preposisi untuk)
Kami semua lulus dalam ujian Nasional tahun ini. (semua merupakan adverbia untuk pronomina kami).
Kami makan hampir dua piring (hampir dua piring merupakan adverbia untuk numeralia dua piring)

D.    Materi Perubahan Bentuk Kata dan Pembakuan Istilah dalam Bahasa Indonesia

Pertanyaan

1.      Saat ini di Indonesia sudah terdapat tiga acuan untuk menentukan penggunaan kata baku dan tidak baku dalam skala tulis, tapi mengapa di Indonesia belum di berlakukan acuan menentukan pengucapan baku dan tidak baku dalam skala lisan yang bertujuan menyeragamkan pengucapan bahasa Indonesia?

2.      Mengapa bentuk berulang kali dikategorikan sebagai kontaminasi bahasa Indonesia, padahal bentuk tersebut dapat juga dikategorikan ke dalam komposisi?
Jawaban
1.      Saat ini di Indonesia memang sudah terdapat acuan untuk menentukan penggunaan kata baku dan tidak baku dalam skala tulis, antara lain adalah Ejaan Yang Disempurnakan, Tata Baku Bahasa Indonesia, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Namun, memang belum terdapat Tata Baku Pengucapan Bahasa Indonesia. Itu memang penting khususnya bagi pembawa acara, penyiar, dan reporter. Tetapi karena keberagaman pengucapan di Indonesia yang khususnya dipengaruhi oleh faktor kebudayaan tiap daerah, jadi tidak mungkin untuk menyetarakan semua pengucapan di setiap daerah. Maka dari itu, tidak terdapat Tata Baku Pengucapan Bahasa Indonesia.

2.      Salah jika bentuk berulang kali dikategorikan kedalam komposisi, meskipun terdiri dari dua bentuk dasar tapi penggabungan kedua bentuk dasar tersebut tidak mengubah makna. Penambahan kata kali tidak berarti apa-apa, dan semakin membuat ketidakefektifan suatu kata. Kenapa dikategorikan kontaminasi sebab bentuk dasar berulang jika mendapatkan reduplikasi menjadi berulang-ulang sedangkan bentuk dasar kali mendapatkan reduplikasi menjadi berkali-kali. Disini terdapat persilangan bentuk dasar sehingga terjadi kontaminasi.

ads

Ditulis Oleh : Unknown Hari: Jumat, Juni 14, 2013 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar