Rabu, 03 Juli 2013

PROPOSAL PENELITIAN KAJIAN SASTRA BANDINGAN PUISI UNTUK IBU KARYA CHAIRIL ANWAR DAN THE LITTLE BLACK BOY KARYA WILLIAM BLACK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
Sastra sebagai hasil pekerjaan seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, kemudian dengan adanya imajinasi yang tinggi seorang pengarang tinggal menuangkan masalah-masalah yang ada disekitarnya menjadi sebuah karya sastra.
Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Oleh karena itu, fiksi menurut Altenbernd dan lewis (dalam Nurgiyantoro, 2000:2) dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia.

Ada berbagai bentuk karya sastra, salah satunya yaitu puisi dapat dikaji dari beberapa aspek baik aspek fisik maupun batin, aspek fisik puisi meliputi diksi, imaji, kata konkret, bahasa figuratif, verifikasi dan tata wajah. Adapun aspek batinnya meliputi tema, nada, rasa dan amanat. Semua kajian itu dilakukan hanya untuk mengetahui sejauh mana karya sastra dinikmati oleh pembaca. Tanggapan pembaca terhadap satu novel yang sama tentu akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman dan daya imajinasi mereka.
Puisi merupakan suatu karya sastra klasik yang memiliki bentuk unik dibandingkan karya sastra lainnya. Para penyair puisi sangat selektif dalam menggunakan kata-kata, yang seringkali tidak lazim atau di luar bahasa sehari-hari, dan bentuk yang sangat singkat dalam menulis karyanya. Untuk memudahkan penggambaran suatu puisi, para penyair biasanya menggunakan pencitraan dan gaya bahasa. Oleh karenanya, para pembaca haruslah memiliki tingkat ketelitian yang sangat tinggi dalam menganalisis suatu puisi sehingga makna yang terkandung dalam pusi tersebut dapat tersampaikan secara sempurna. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemilihan kata, gaya bahasa, dan pencitraan, dalam sebuah puisi karya William Blake yang berjudul The Little Black Boy  puisi yang menceritakan tentang anak kecil yang sangat merasa berterima kasih kepada ibunya dalam pencarian keberadaan Tuhan dalam hidupnya dan bagaimana ia memaknai identitas dirinya sendiri sebagai seorang kulit hitam dalam lingkungan sosial budaya pada saat itu dengan puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Ibu yang menceritakan tentang rasa terima kasih yang ditujukan kepada ibunya karena telah mendidiknya dengan baik. Melalui serangkaian anailsis tersebut, penulis berusaha mengungkapkan makna dan pesan tersembunyi yang terkandung di dalam puisi tersebut.
Berdasarkan data di atas telah ditemukan suatu benang merah antara puisi karya William Blake yang berjudul The Little Black Boy dengan puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Ibu. Benang merah tersebut terletak pada pesan yang ingin disampaikan oleh penyair yaitu ungkapan rasa terima kasih seorang anak kepada ibunya yang telah melahirkan dan mendidiknya dengan penuh kesabaran dan kasih saying.
1.2    Fokus penelitian
Dari latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini berusaha menjawab permasalahan sebagai berikut.
1.      Bagaimana sejarah penciptaan kedua karya sastra tersebut?
2.      Apa saja struktur fisik dan struktur batin yang membangun kedua puisi tersebut?
3.      Nilai-nilai apa sajakah yang terkandung dalam kedua karya sastra tersebut?
1.3    Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengidentifikasi unsur kesejarahan dalam penciptaan kedua karya sastra.
2.      Untuk mengidentifikasi struktur fisik dan struktur batin dari kedua puisi.
3.      Untuk mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam puisi tersebut.

1.4    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca, baik bersifat teoritis maupun praktis.
1.      Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu sastra, khususnya sastra bandingan dalam bidang kajian terhadap Puisi untuk Ibu karya Chairil Anwar dan The Tittle Black Boy karya William Black.
2.      Secara praktis, bagi pengarang penelitian ini dapat memberikan masukan untuk dapat mengkaji sastra bandingan yang lebih baik. Bagi pembaca penelitian ini dapat menambah minat baca dalam mengapresiasikan karya sastra. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan menambah khasanah penelitian sastra bandingan sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra bandingan di Indonesia.



BAB II
KAJIAN TEORI
2.1         Unsur kesejarahan dalam penciptaan karya sastra
Sebelum mengapresiasi puisi, sebaiknya mengetahui latar belakang dalam puisi tersebut agar dalam proses pengapresiasian puisi dalam berjalan dengan baik. Tentunya pula agar tujuan dan maksud dalam mengapresian puisi dalam tercapai. Hal ini juga sesuai dengan pandangan Suharianto (1981:16) ’Dalam mengapresiasi puisi haruslah terlebih dahulu menguasai seluk beluk mengenai puisi tersebut. Memperbanyak pengetahuan tentang puisi merupakan salah satu cara untuk menguasai puisi. Selain itu membacanya berulang-ulang juga dapat membantu agar mempermudah dalam proses pemahaman. Cara lain menurut Pradopo (2005:3) yaitu ”Puisi juga dapat dikaji dari sudut-sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi di tulis dan selalu di baca orang”. Puisi berbeda dan berubah sesuai zaman dan perkembangannya, sesuai dengan pencipta dan pembaca atau penikmat sastra. Oleh karena itu pula pentingnya analisi unsur kesejarahan dalam pengapresiasian puisi. Dalam memahami proses historisnya banyak hal yang dapat kita ketahui, baik dari segi kehidupan penulis, latar dan zaman pada masa penulisnya itu sendiri. Dalam kegiatan mengapresiasi puisi unsur-unsur kesejarahan dalam puisi, pendekatan yang dapat kita lakukan yaitu dengan pendekatan historis. Menurut Suhendar dan Pien Supinah (1993:42):
Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa-masa terwujudnya karya sastra yang dibaca, serta tentang bagaimana perkembangna kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri.
Pemahaman yang baik terhadap puisi akan diperoleh dengan melakukan pendekatan historis. Dengan pemahaman tersebut pula dapat membantu dalam proses pengapresiasian puisi.
Pendekatan historis dalam mengapresiasi sastra bukan hanya sekedar pendekatan yang dilakukan dengan membahas aspek kesejarahan saja karena tujuan akhir pendekatan historis adalah untuk memahami atau mengapresiasi cipta sastra itu sendiri. Dalam mengapreasiasi sastra dengan pendekatan historis terdapat ciri-ciri antara lain:
a.        Berusaha memahami biografi pengarang
b.      Berusaha memahami peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi terwujudnya cipta sastra.
c.       Berusaha memahami perkembangan cipta sastra pada suatu zaman.
Gagasan yang dibuat oleh pengarang saling berkaitan atau berhubungan dengan peristiwa kesejarahan yang ada dalam puisi. Dalam gagasan terrebut dapat terkandung pokok permasalahan, pemikiran atau kehidupan yang terjadi pada masa penulis membuat puisi.
2.2              Struktur Fisik dan Struktur Batin yang Membangun Puisi
Unsur-unsur bentuk atau struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi. Unsur- unsur itu dapat ditelaah satu persatu, tetapi unsur-unsur ini merupakan kesatuan yang utuh. Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik. Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan. Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan. Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut.
a.       Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
b.      Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
c.       Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
d.      Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
a.       Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
b.      Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
c.       Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
d.      Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
e.       Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
f.       Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

2.3              Nilai-nilai yang Terkandung dalam Puisi
Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra.
a.       Nilai moral, nilai yang mengandung akhlak, budi pekerti dan tingkah laku.
b.      Nilai sosial, nilai yang mengandung norma yang ada dalam masyarakat.
c.       Nilai religius, nilai yang mengandung tuntunan agama.
d.      Nilai edukatif, nilai yang mengandung perubahan tingkah laku (cenderung dari buruk menjadi baik).
e.       Nilai estetis, nilai yang mengandung hal-hal yang menarik atau keindahan dan seni.
f.       Nilai etika, nilai yang mengandung sopan santun.
g.      Nilai politik, nilai yang mengandung unsur-unsur pemerintahan.
h.      Nilai budaya, nilai yang mengandung adat istiadat.
i.        Nilai kemanusiaan, nilai yang mengacu pada sifat manusia.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan pendekatan historis. Sebelum mengapresiasi puisi, sebaiknya mengetahui latar belakang dalam puisi tersebut agar dalam proses pengapresiasian puisi dalam berjalan dengan baik. Tentunya pula agar tujuan dan maksud dalam mengapresian puisi dalam tercapai. Hal ini juga sesuai dengan pandangan Suharianto (1981:16) ’Dalam mengapresiasi puisi haruslah terlebih dahulu menguasai seluk beluk mengenai puisi tersebut. Memperbanyak pengetahuan tentang puisi merupakan salah satu cara untuk menguasai puisi. Selain itu membacanya berulang-ulang juga dapat membantu agar mempermudah dalam proses pemahaman. Cara lain menurut Pradopo (2005:3) yaitu ”Puisi juga dapat dikaji dari sudut-sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi di tulis dan selalu di baca orang”. Puisi berbeda dan berubah sesuai zaman dan perkembangannya, sesuai dengan pencipta dan pembaca atau penikmat sastra. Oleh karena itu pula pentingnya pendekatan historis dalam pengapresiasian puisi. Dalam memahami proses historisnya banyak hal yang dapat kita ketahui, baik dari segi kehidupan penulis, latar dan zaman pada masa penulisnya itu sendiri. Dalam kegiatan mengapresiasi puisi unsur-unsur kesejarahan dalam puisi, pendekatan yang dapat kita lakukan yaitu dengan pendekatan historis.
3.2.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam menganalisis puisi ini adalah metode penelitian struktural. Metode struktural merupakan metode intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Metode  tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32). Metode struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135). Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa metode struktural adalah suatu metode dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaiatan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna.
Mengenai struktur, Wellek dan Warren (1992: 56) memberi batasan bahwa struktur pengertiannya dimasukkan kedalam isi dan bentuk, sejauh keduanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan estetik. Jadi struktur karya sastra (fiksi) itu terdiri dari bentuk dan isi. Bentuk adalah cara pengarang menulis, sedangkan isi adalah gagasan yang diekspresiakan pengarang dalam tulisannya (Zeltom, 1984: 99). Menurut Jan Van Luxemburg (1986: 38) struktur yang dimaksudkan, mengandung pengertian relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dan antara keseluruhannya.
Struktur karya sastra (fiksi) terdiri atas unsur unsur alur, penokohan, tema, latar dan amanat sebagai unsur yang paling menunjang dan paling dominan dalam membangun karya sastra (fiksi) (Sumardjo, 1991:54).
3.3.Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data tertulis dalam hal ini adalah puisi karya William Blake yang berjudul The Little Black Boy dengan puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Ibu..
3.4.Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan sumber data yang ada maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik pengumpulan pustaka.
3.5.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kutipan.
3.6.Teknik Analisis Data
Bedasarkan permasalahan yang ada maka langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:
a.       Membaca secara berulang puisi yang ada.
b.      Menandai larik atau bait yang mengulas tentang struktur yang ada di dalam puisi.  
Menganalisis latar belakang diciptakannya kedua puisi yang akan dianalisis tersebut.

ads

Ditulis Oleh : Unknown Hari: Rabu, Juli 03, 2013 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar