BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Sastra
sebagai hasil pekerjaan seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa
yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia erat
kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan
dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, kemudian dengan
adanya imajinasi yang tinggi seorang pengarang tinggal menuangkan
masalah-masalah yang ada disekitarnya menjadi sebuah karya sastra.
Sebagai
sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan
manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai
permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya
kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Oleh karena itu, fiksi
menurut Altenbernd dan lewis (dalam Nurgiyantoro, 2000:2) dapat diartikan sebagai
prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan
mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia.
Ada berbagai
bentuk karya sastra, salah satunya yaitu puisi dapat dikaji dari beberapa aspek
baik aspek fisik maupun batin, aspek fisik puisi meliputi diksi, imaji, kata
konkret, bahasa figuratif,
verifikasi dan tata wajah. Adapun aspek
batinnya meliputi tema, nada, rasa dan amanat. Semua kajian itu
dilakukan hanya untuk mengetahui sejauh mana karya sastra dinikmati oleh
pembaca. Tanggapan pembaca terhadap satu novel yang sama tentu akan
berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman dan daya imajinasi mereka.
Puisi merupakan suatu karya sastra klasik yang memiliki bentuk unik
dibandingkan karya sastra
lainnya. Para penyair puisi sangat selektif dalam menggunakan kata-kata, yang
seringkali tidak lazim atau di luar bahasa
sehari-hari, dan bentuk yang sangat singkat dalam menulis karyanya.
Untuk memudahkan penggambaran suatu puisi, para penyair biasanya menggunakan pencitraan
dan gaya bahasa. Oleh karenanya, para pembaca haruslah memiliki tingkat
ketelitian yang sangat tinggi dalam
menganalisis suatu puisi sehingga makna yang terkandung dalam pusi tersebut
dapat tersampaikan secara sempurna. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pemilihan kata, gaya
bahasa, dan pencitraan,
dalam sebuah puisi karya William Blake
yang berjudul The Little
Black Boy puisi yang menceritakan tentang anak
kecil yang sangat merasa berterima
kasih kepada ibunya dalam pencarian keberadaan
Tuhan dalam hidupnya dan bagaimana ia memaknai identitas dirinya sendiri
sebagai seorang
kulit hitam dalam lingkungan sosial budaya pada saat itu dengan puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Ibu yang menceritakan
tentang rasa terima kasih yang ditujukan kepada ibunya karena telah mendidiknya
dengan baik. Melalui serangkaian anailsis tersebut,
penulis berusaha mengungkapkan makna dan pesan tersembunyi yang terkandung di dalam puisi
tersebut.
Berdasarkan data di atas telah
ditemukan suatu benang merah antara puisi karya William Blake yang berjudul The
Little Black Boy dengan puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Ibu. Benang
merah tersebut terletak pada pesan yang ingin disampaikan oleh penyair yaitu
ungkapan rasa terima kasih seorang anak kepada ibunya yang telah melahirkan dan
mendidiknya dengan penuh kesabaran dan kasih saying.
1.2
Fokus
penelitian
Dari
latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini berusaha menjawab
permasalahan sebagai berikut.
1.
Bagaimana sejarah
penciptaan kedua karya sastra tersebut?
2.
Apa saja struktur
fisik dan struktur batin yang membangun kedua puisi tersebut?
3.
Nilai-nilai apa
sajakah yang terkandung dalam kedua karya sastra tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Untuk
mengidentifikasi unsur kesejarahan dalam penciptaan kedua karya sastra.
2.
Untuk
mengidentifikasi struktur fisik dan struktur batin dari kedua puisi.
3.
Untuk
mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam puisi tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian
ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca, baik bersifat
teoritis maupun praktis.
1.
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu sastra, khususnya sastra bandingan dalam bidang kajian terhadap Puisi
untuk Ibu karya Chairil Anwar dan The Tittle Black Boy karya William Black.
2. Secara
praktis, bagi pengarang penelitian ini dapat memberikan masukan untuk dapat
mengkaji sastra bandingan yang lebih baik. Bagi pembaca penelitian ini dapat
menambah minat baca dalam mengapresiasikan karya sastra. Bagi peneliti,
penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan menambah khasanah penelitian
sastra bandingan sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra bandingan di
Indonesia.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Unsur
kesejarahan dalam penciptaan karya sastra
Sebelum mengapresiasi puisi, sebaiknya mengetahui
latar belakang dalam puisi tersebut agar dalam proses pengapresiasian puisi
dalam berjalan dengan baik. Tentunya pula agar tujuan dan maksud dalam
mengapresian puisi dalam tercapai. Hal ini juga sesuai dengan pandangan
Suharianto (1981:16) ’Dalam mengapresiasi puisi haruslah terlebih dahulu
menguasai seluk beluk mengenai puisi tersebut. Memperbanyak pengetahuan tentang
puisi merupakan salah satu cara untuk menguasai puisi. Selain itu membacanya
berulang-ulang juga dapat membantu agar mempermudah dalam proses pemahaman.
Cara lain menurut Pradopo (2005:3) yaitu ”Puisi juga dapat dikaji dari
sudut-sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke
waktu puisi di tulis dan selalu di baca orang”. Puisi berbeda dan berubah
sesuai zaman dan perkembangannya, sesuai dengan pencipta dan pembaca atau
penikmat sastra. Oleh karena itu pula pentingnya analisi unsur kesejarahan
dalam pengapresiasian puisi. Dalam memahami proses historisnya banyak hal yang
dapat kita ketahui, baik dari segi kehidupan penulis, latar dan zaman pada masa
penulisnya itu sendiri. Dalam kegiatan mengapresiasi puisi unsur-unsur
kesejarahan dalam puisi, pendekatan yang dapat kita lakukan yaitu dengan
pendekatan historis. Menurut Suhendar dan Pien Supinah (1993:42):
Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang
menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa
kesejarahan yang melatarbelakangi masa-masa terwujudnya karya sastra yang
dibaca, serta tentang bagaimana perkembangna kehidupan penciptaan maupun
kehidupan sastra itu sendiri.
Pemahaman yang baik terhadap puisi akan diperoleh dengan melakukan pendekatan historis. Dengan pemahaman tersebut pula dapat membantu dalam proses pengapresiasian puisi.
Pemahaman yang baik terhadap puisi akan diperoleh dengan melakukan pendekatan historis. Dengan pemahaman tersebut pula dapat membantu dalam proses pengapresiasian puisi.
Pendekatan historis dalam mengapresiasi sastra bukan
hanya sekedar pendekatan yang dilakukan dengan membahas aspek kesejarahan saja
karena tujuan akhir pendekatan historis adalah untuk memahami atau
mengapresiasi cipta sastra itu sendiri. Dalam mengapreasiasi sastra dengan
pendekatan historis terdapat ciri-ciri antara lain:
a.
Berusaha memahami biografi pengarang
b.
Berusaha memahami peristiwa kesejarahan
yang melatarbelakangi terwujudnya cipta sastra.
c.
Berusaha memahami perkembangan cipta sastra
pada suatu zaman.
Gagasan yang dibuat oleh pengarang saling berkaitan atau berhubungan dengan peristiwa kesejarahan yang ada dalam puisi. Dalam gagasan terrebut dapat terkandung pokok permasalahan, pemikiran atau kehidupan yang terjadi pada masa penulis membuat puisi.
Gagasan yang dibuat oleh pengarang saling berkaitan atau berhubungan dengan peristiwa kesejarahan yang ada dalam puisi. Dalam gagasan terrebut dapat terkandung pokok permasalahan, pemikiran atau kehidupan yang terjadi pada masa penulis membuat puisi.
2.2
Struktur
Fisik dan Struktur Batin yang Membangun Puisi
Unsur-unsur
bentuk atau struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni
unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi. Unsur- unsur itu dapat
ditelaah satu persatu, tetapi unsur-unsur ini merupakan kesatuan yang utuh. Secara
sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu yaitu kata,
larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan
sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata
adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat
sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang
dipilih diformulasi menjadi sebuah larik. Larik
(atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik
bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada
puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi
baru tak ada batasan. Bait merupakan
kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan
makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah,
tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi dibentuk oleh
rima dan irama. Rima
(persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata
dalam larik dan bait. Sedangkan irama
(ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut
ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara
berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata,
perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena
sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat
dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak
hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek
musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar
meskipun tanpa dilagukan.
Makna
adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa
menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis
puisi disampaikan. Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan
menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin
puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai
berikut.
a. Tema/makna
(sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan
makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun
makna keseluruhan.
b. Rasa
(feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang
sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis
kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis
dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan
dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih
kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak
bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang
terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
c. Nada
(tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan
tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte,
bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah
begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah
pembaca, dll.
d. Amanat/tujuan/maksud
(itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan
puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi,
maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan struktur fisik puisi,
atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan
oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi
hal-hal sebagai berikut.
a. Perwajahan
puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi
kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak
selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal
tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
b. Diksi,
yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena
puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan
banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan
kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan
urutan kata.
c. Imaji,
yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba
atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan
melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
d. Kata
kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal
kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll,
sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat
hidup, bumi, kehidupan, dll.
e. Bahasa
figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya
akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun
macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi,
sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks,
antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
f. Versifikasi,
yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada
puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope
(tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi
Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan
akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi
bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan
kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya
bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
2.3
Nilai-nilai
yang Terkandung dalam Puisi
Nilai-nilai yang
terkandung dalam karya sastra.
a. Nilai
moral, nilai yang mengandung akhlak, budi pekerti dan tingkah laku.
b. Nilai
sosial, nilai yang mengandung norma yang ada dalam masyarakat.
c. Nilai
religius, nilai yang mengandung tuntunan agama.
d. Nilai
edukatif, nilai yang mengandung perubahan tingkah laku (cenderung dari buruk
menjadi baik).
e. Nilai
estetis, nilai yang mengandung hal-hal yang menarik atau keindahan dan seni.
f. Nilai
etika, nilai yang mengandung sopan santun.
g. Nilai
politik, nilai yang mengandung unsur-unsur pemerintahan.
h. Nilai
budaya, nilai yang mengandung adat istiadat.
i.
Nilai kemanusiaan, nilai yang mengacu
pada sifat manusia.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1.Pendekatan
Penelitian
Dalam
penelitian ini penulis memilih menggunakan pendekatan historis. Sebelum mengapresiasi puisi, sebaiknya mengetahui
latar belakang dalam puisi tersebut agar dalam proses pengapresiasian puisi
dalam berjalan dengan baik. Tentunya pula agar tujuan dan maksud dalam
mengapresian puisi dalam tercapai. Hal ini juga sesuai dengan pandangan
Suharianto (1981:16) ’Dalam mengapresiasi puisi haruslah terlebih dahulu
menguasai seluk beluk mengenai puisi tersebut. Memperbanyak pengetahuan tentang
puisi merupakan salah satu cara untuk menguasai puisi. Selain itu membacanya
berulang-ulang juga dapat membantu agar mempermudah dalam proses pemahaman.
Cara lain menurut Pradopo (2005:3) yaitu ”Puisi juga dapat dikaji dari
sudut-sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke
waktu puisi di tulis dan selalu di baca orang”. Puisi berbeda dan berubah
sesuai zaman dan perkembangannya, sesuai dengan pencipta dan pembaca atau
penikmat sastra. Oleh karena itu pula pentingnya pendekatan historis dalam
pengapresiasian puisi. Dalam memahami proses historisnya banyak hal yang dapat
kita ketahui, baik dari segi kehidupan penulis, latar dan zaman pada masa
penulisnya itu sendiri. Dalam kegiatan mengapresiasi puisi unsur-unsur
kesejarahan dalam puisi, pendekatan yang dapat kita lakukan yaitu dengan
pendekatan historis.
3.2.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam menganalisis puisi ini
adalah metode penelitian struktural. Metode struktural
merupakan metode
intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun
karya sastra dari dalam. Metode
tersebut meneliti karya sastra sebagai karya
yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi
pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32). Metode struktural mencoba menguraikan
keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan
struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135).
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa metode struktural adalah suatu metode dalam ilmu sastra yang cara
kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari
dalam, serta mencari relevansi atau keterkaiatan unsur-unsur tersebut dalam
rangka mencapai kebulatan makna.
Mengenai struktur, Wellek dan
Warren (1992: 56) memberi batasan bahwa struktur pengertiannya dimasukkan kedalam
isi dan bentuk, sejauh keduanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan estetik. Jadi
struktur karya sastra (fiksi) itu terdiri dari bentuk dan isi. Bentuk adalah
cara pengarang menulis, sedangkan isi adalah gagasan yang diekspresiakan
pengarang dalam tulisannya (Zeltom, 1984: 99). Menurut Jan Van Luxemburg (1986:
38) struktur yang dimaksudkan, mengandung pengertian relasi timbal balik antara
bagian-bagiannya dan antara keseluruhannya.
Struktur karya sastra (fiksi)
terdiri atas unsur unsur alur, penokohan, tema, latar dan amanat sebagai unsur
yang paling menunjang dan paling dominan dalam membangun karya sastra (fiksi)
(Sumardjo, 1991:54).
3.3.Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini
meliputi sumber data tertulis
dalam hal ini adalah puisi karya William Blake yang berjudul The Little Black
Boy dengan puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Ibu..
3.4.Teknik Pengumpulan
Data
Berdasarkan sumber data yang ada
maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik pengumpulan pustaka.
3.5.Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian yang digunakan adalah kutipan.
3.6.Teknik Analisis Data
Bedasarkan permasalahan yang ada
maka langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah sebagai
berikut:
a.
Membaca secara berulang puisi yang ada.
b.
Menandai larik atau
bait
yang mengulas tentang struktur
yang ada di dalam puisi.
Menganalisis latar belakang
diciptakannya kedua puisi yang akan dianalisis tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar